Kalo kita membaca sejarah tentang tokoh-tokoh ilmuwan besar muslim jaman dahulu seperti Al Farabi, Ibnu Sina, Al Khawarizmi, Al Biruni, dan Ibnu Rusyd, kita mendapati bahwa mereka mempunyai keahlian keilmuan yang multidispliner. Al Farabi mengarang buku dalam bidang : Logika, Matematika, Ilmu Alam, Teologi, Ilmu Politik dan Kenegaraan serta bunga rampai. Ibnu Sina banyak menulis tentang filosofi, logika dan ilmu kedokteran. Al Khawarizmi merupakan ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi. Al Khawarizmi inilah yang merupakan pencipta awal dasar-dasar algoritma yang sekarang banyak digunakan di dunia computing, dimana kata ‘algoritma’ diambil dari namanya ‘al khawarizm’. Sedangkan Al Biruni adalah matematikawan, astronom, fisikawan, sarjana, penulis ensiklopedia, filsuf, pengembara, sejarawan, ahli farmasi dan guru, yang banyak menyumbang kepada bidang matematika, filsafat, obat-obatan. Ibnu Rusyd adalah ahli kedokteran, fikih dan filsafat.
Selanjutnya kalau kita membaca sejarah ilmuwan Yunani kuno seperti Aristoteles dan Plato juga sama, seperti Aristoteles yang menulis karya dalam berbagai subyek yang berbeda, termasuk fisika, metafisika, puisi, logika, retorika, politik, pemerintahan, etnis, biologi dan zoologi. Plato yang merupakan filosof sekaligus matematikawan dan juga menulis tentang politik dengan karyanya yang terkenal berjudul Republik, serta menulis pula tentang Hukum.
Kita pasti mengenal Karl Marx yang karya-karyanya tidak saja merupakan pemikiran politik tetapi juga pemikiran ekonomi karena memang ekonomi dan politik tidak bisa dipisahkan.
Di era kontemporer, kita sekarang mengenal Bruno Latour yang merupakan filosof dan antropolog, tetapi kemudian mengembangkan Actor Network Theory (ANT) yang terkenal menjadi salah satu teori paling berpengaruh dalam sociology science and technology saat ini. Dan Bruno Latour juga menulis tentang sejarah dan antropologi science.
Di bidang yang terkait dengan computng atau informatika, saat ini pun berkembang keilmuan multidisipliner seperti E-Government yang di dalamnya merupakan gabungan dari ilmu politik, public management, informatika, ekonomi, sosial dan budaya. Contoh lain adalah Biomedical Engineering yang merupakan gabungan dari biomedik dan Engineering. DNA Computing yang mengaplikasi teori-teori tentang DNA, biochemisry dan moleculer biology dalam computing. Computer Science sendiri merupakan gabungan dari matematika, computing dan statistika setidaknya. Chemoinformatics yang merupakan aplikasi informatika ke dalam bidang kimia. Nanoinformatics juga mengaplikasikan informatika ke dalam nano manufacturing.
Sehingga Kalau kita mengkaji hal-hal diatas, maka akan sulit sekali mengenali keilmuan yang tidak berinteraksi dengan keilmuan lainnya kalau ingin melakukan penelitian yang komperehensif. Dan sesungguhnya di tataran keilmuan tidak bisa dipisah-pisah atau diberi batasan yang tegas karena akan selalu terjadi dialektika keilmuan yang satu dengan keilmuan yang lain sehingga muncullah keilmuan baru, dan itu terjadi terus menerus yang menjadikan ilmu pengetahuan terus berkembang.
Maka, istilah linearitas menjadi pertanyaan….apakah sebenarnya linearitas keilmuan itu ? karena sepertinya tidak ada keilmuan yang murni linear (dalam arti tidak terkait dengan keilmuan lainnya). Yang bisa diberi garis batas adalah departemen-nya bukan keilmuannya untuk memudahkan manajemen sumber daya. Departemen sosiologi, departemen politik, departemen informatika dan departement lainnya. Tetapi dalam kajian keilmuannya, departemen sosiologi bisa berinteraksi dengan keilmuan lainnya seperti science, teknologi, pertanian, politik, hukum, ekonomi dll. Departemen Politik pun begitu, dalam praktik penelitiannya tidak terhindarkan pasti berinteraksi dengan keilmuan lain seperti hukum, ekonomi, sosiologi, budaya, teknologi, dll. Termasuk informatika pun begitu, dalam penelitiannya seharusnya berinteraksi dengan keilmuan lain seperti matematika, statistika, politik, ekonomi, pertanian, bahasa, kimia, dll. Tetapi kalau linearitas hanya didasarkan pada kesamaan departemen, maka itu asumsi yang sangat rapuh dan tidak relevan.
Portsmouth, 15/02/2014